Jadi Aupair di Belanda. Apa enaknya sih?


Saya jadi aupair di Belanda hanya satu tahun. Dari tahun 2009-2010. Sebentar banget kan? Buat saya sih itu sebentar ya, karena waktu satu tahun itu sangat menyenangkan untuk saya. Saya dapat keluarga yang baik banget, anak-anaknya manis-manis, dan banyak pengalaman menyenangkan yang saya rasakan selama saya di Belanda. 

Dari jaman saya kuliah, saya sudah pengen banget bisa ke luar negeri. Tapi saya nggak pernah kepikiran negara mana yang ingin saya kunjungi. Pokoknya saya pengen ke luar negeri. Nggak peduli ke negara mana. Jadi waktu teman saya menawarkan kepada saya untuk aupair ke Belanda, tanpa pikir panjang langsung saya iyakan. Padahal saya belum pernah mencari tahu Belanda itu negara yang seperti apa, bagaimana penduduknya, ramah atau tidak, atau bagaimana kebiasaan disana. Kalau kata teman saya "pokoknya kita pikirin yang baik-baik aja". Okeehhh gasss...

Menurut saya yang paling enak kalau kita jadi aupair di Belanda itu adalah ada banyak resto Indonesia. Jadi pas lagi kangen sama Indonesia atau kangen sama makanan Indonesia kita masih bisa dengan mudah menemukannya. Di resto Indonesia kita bisa menemukan lumpia, rendang, bakwan, tempe, bakmi dan lain-lain. Waktu pertama kali saya datang, saya agak kaget dengan kebiasaan makan di sana. Makan pagi saya masih oke dengan roti-rotian, sereal, telur tanpa ada nasi. Makan malam juga biasanya homecook gitu dan makanan berat, jadi saya nggak ada masalah. Tapi makan siang biasanya nggak cukup buat perut saya kalo cuma roti lagi. Di host family saya kadang kalau siang cuma pada makan soup, roti sebiji atau omelet. Mana cukup buat perut saya. Setelah beberapa lama saya mulai bisa menemukan cara supaya bisa makan lebih banyak pas siang. Nah biasanya kalau makan malam itu, makanannya sisa banyak. Kebiasaan di host fam saya kalau masak kan ngepas tu, kalau sisa makanannya biasanya diminta buang aja. Soalnya nggak ada yang mau makan lagi. Nah saya sebagai orang Indonesia yang kalau makan nggak habis biasanya disimpan buat besokannya lagi, nggak rela lah ngebuang-buang makanan. Jadi tiap ada makanan sisa, saya selalu simpan buat makan besokannya. Bisa buat makan pagi atau makan siang. Pas saya mulai bisa masak, saya jadi sering masak nasi buat makan malam. Nah nasinya kalau nggak habis suka saya simpan buat besokannya. Mereka heran dong tiap makan pagi saya makan nasi. Soalnya nasi itu makanan berat jadi biasanya untuk makan malam, bukan untuk sarapan. Kalau saya sih suka-suka ya. Kadang pas makan malamnya pizza, ternyata sisa, ya saya makan buat sarapan. Atau ada salad sisa, saya makan buat makan siang. Alhasil pas pulang ke Indonesia, saya menggendut. 

Selain itu, saya juga suka di Belanda karena ternyata orang Belanda itu rata-rata ramah. Atau kebetulan yang saya temui orangnya ramah-ramah dan menyenangkan. Hoo Koen dan Jacqui, host fam saya itu super duper ramah. Jacqui yang asli Belanda malah lebih Indonesia dibanding Hoo Koen yang Chinese Indonesia tapi besar di Belanda. Saya suka banget ngobrol sama Hoo Koen karena pengetahuannya luas banget terutama kalau ngobrolin soal bisnis. Saya banyak banget dapat insight dari Hoo Koen. Dari Hoo Koen saya belajar untuk lebih speak up. Kalau mau apa tu bilang, kalau nggak suka ya bilang nggak suka. Kalau suka ya bilang suka. Jangan ngerasa nggak enakan dan selalu pengen nyenengin orang lain. Kadang saya terkaget-kaget dengan pemikiran Hoo Koen. Kayak misalnya waktu saya cerita soal salah satu teman yang merasa host familynya punya kebiasaan aneh. Terus Hoo Koen bilang kalau misalnya ada hal yang teman kamu nggak suka dari host famnya ya suruh bilang aja. Jangan malah ngomongin di belakang. Kadang setiap keluarga itu punya kebiasaan dan tradisi masing-masing. Hanya karena ada satu orang yang nggak cocok, nggak bisa dengan mudahnya kebiasaan itu dirubah. Jadi kalau mau ya menyesuaikan sama kebiasaan itu atau cari host fam lain. Tadinya saya mikir Ihh kok Hoo Koen gitu sih, kan kasihan teman saya. Tapi setelah dipikir pikir iya juga ya. Kan teman saya yang dari awal sudah memutuskan untuk jadi aupair keluarga itu. Harusnya memang dari awal sebelum deal dia harus cari tahu lebih dalam tentang keluarga host familynya. Soalnya kadang banyak yang terburu-buru memutuskan karena pengen cepat-cepat bisa ke luar negeri. Saya juga waktu itu gitu sih, langsung bilang iya waktu ditawarin jadi aupair. Tapi puji Tuhan saya dapat keluarga yang baik.

Kemudian hal yang menurut saya menyenangkan lainnya adalah transportasi publiknya. Walaupun harga tiket tranportasi publik disana mahal tapi hampir semua tempat baik itu kota besar, kota kecil, dan pedesaan sudah bisa dijangkau dengan transportasi publik. Dan semuanya, baik itu kereta api, bus, dan tram sudah terintegrasi. Jadi kita bisa pergi kemanapun dengan mudah, bahkan sampai keluar negeri. Jadi setiap weekend saya bisa pergi ke kota lain yang saya suka. Dan menyenangkannya lagi stasiun kereta itu selalu ada di pusat kota. Jadi begitu keluar dari stasiun, kita pasti susah ada di tengah kotanya. Biasanya kalau mau pergi keluar kota atau luar negeri saya naik tram dulu dari wilayah tempat saya tinggal di daerah Pyreneeen di Amsterdam menuju ke stasiun di Amsterdam Central. Dari stasiun Amsterdam Central saya naik kereta menuju ke kota lain seperti Leiden, Utrecht, Rotterdam, Den Haag, dan lain-lain. Karena naik kereta mahal, biasanya saya cari diskonan. Saya cari kota mana yang tiket keretanya sedang diskon. Kita bisa selalu cek harga kereta dan bis di website, semua sudah tertera disana. Bahkan kalau mau pergi ke luar negeripun kita sudah bisa cek harganya dari jauh-jauh hari. Harga tiket bus lebih murah dari harga tiket kereta, hanya perjalanannya lebih lama dibanding dengan kereta.


Popular Posts