Another Beautiful City of The Netherlands, Utrech

Hari Minggu kemaren saya diajakin jalan-jalan ke Utrech sama Host parents saya. Uhuiiii... lumayan hemat ongkos, jadi tar lagi saya bisa ketempat laen selain ke Utrech sama Leiden. Saya ngerasa beruntung banget dapet keluarga ini, baik banget. Di keluarga lain mungkin belum tentu saya diperlakukan kayak di keluarga ini dan diajakin jalan-jalan.

Kami berangkat abis pulang dari gereja (Yihaa... akhirnya saya ke gereja juga di Amsterdam). Bodie yang biasanya mesti tidur siang jam 12, kali ini dibebas tugaskan dari tidur siangnya demi ngajakin saya jalan-jalan. Ya ampun so sweet... Hoo Koen sengaja nggak lewat high way untuk ke Utrech, tapi lewat jalan-jalan kecil dan desa-desa yang ada sepanjang Amsterdam-Utrech. Sengaja biar saya tau kayak apa sih desa-desa di Belanda itu.

Belom keluar dari Amsterdam aja saya sudah disuguhi pemandangan indah. Sebetulnya sih pemandangan disini bukan pemandangan alam kayak di Indonesia. Kalau di Indo kan di desanya pemandangannya masih alami tu, sawah-sawah di kanan kiri. Tapi lebih ke rumah-rumahnya yang cantik dan tertata rapi. Di desa-desanya bentuk rumahnya masih traditional, dengan halaman yang luas dan penataan yang rapi dan enak dipandang. Di halaman rumahnya biasanya ada banyak tanaman dan bunga-bunga. Di samping kiri-kanan masih banyak pohon-pohon besar sehingga nyaris seperti hutan. Hutan kecil itu dibelah oleh sungai kecil. Dan pemerintahnya yang sangat memperhatikan fasilitas untuk warganya (kayaknya sih) membangun jembatan-jembatan penyebrangan kecil disungai itu. Sehingga hutan-hutan mungil itupun jadi berkesan seperti taman. Jembatan yang membelah kanal-kanalnyapun masih traditional, seperti jembatan yang bisa terbuka kalau ada perahu yang lewat.

Saya seperti ada di negeri dongeng, melihat rumah-rumah yang bentuknya seperti yang digambarkan di buku cerita anak-anak waktu saya kecil dulu. Di depan rumah-rumah itu ada sungai yang cukup besar dan terlihat cantik banget hari itu. Apalagi dengan matahari yang bersinar amat sangat terang tanpa ada kabut sama sekali. Pokoknya cerah... Di sungai ada beberapa kelompok yang sedang berlatih dayung dan beberapa orang yang sedang memancing. Yailah hari gini mancing... Matahari si memang lagi terang-terangnya, tapi berhubung masih termasuk musim dingin tetep aja dingin. Nah mancing kan butuh waktu lama. Kok ya mau-maunya gitu berdingin-dingin ria cuma nungguin ikan makan kail mereka.

Kata host mom saya harga rumah di daerah situ amat sangat mahal, karena pemandangannya dan karena lokasinya juga nggak jauh-jauh amat dari Amsterdam. Ya iyalah, lha wong rumahnya aja gede bener begitu plus halaman yang luas pula. Sayang banget kamera saya ga bisa dipake, kalo bisa pasti saya udah foto-fotoin tu rumah-rumah. Trus ya ada satu rumah yang gede banget yang didepan rumahnya dibangun kolam renang. Tapi entah kolam orang atau kolam ikan ya, abis gede sih. Dan letaknya itu lho amat sangat strategis untuk show off, mana rumahnya nggak ada pagar penutupnya lagi. Kata host mom saya Ïtu pasti bintang film porno yang tinggal disitu" he he... Lha ya siapa lagi yang mau mengekspos badannya dengan punya kolam renang di halaman depan rumah tanpa ada penutup. Tapi emang tu rumah bagus, terlihat wah dibanding rumah lain yang lebih traditional.

Trus saya suka melihat rumah-rumah yang ada di sungainya. Jadi rumahnya betul-betul ada di tepi sungainya. Bukan rumah kapal ya, tapi rumah biasa yang letaknya di sungai. Nikmat banget deh kayaknya ngeliatin orang-orang yang punya rumah di pinggir sungai itu. Rumahnya banyak jendela-jendela besar atau pakai pintu sliding door. Begitu buka pintu kamar, mereka bisa duduk-duduk sambil melihat pemandangan disungai atau duduk-duduk di beranda minum kopi sambil berjemur. Huuuu nikmatnya...

Saya nggak ngerti ya kenapa orang-orang itu bangun rumah gede-gede bener di desa, mungkin karena harga tanahnya lebih murah kali ya dibanding di Amsterdam. Beberapa rumah betul-betul dibangun menyerupai kastil lho. Trus begitu mau masuk ke Utrechnya ada satu komplek kayak kastil gitu yang amat sangat megah, yang ternyata adalah sekolah bisnis paling bonafid di Belanda. Dan sekolah bisnis itu adalah salah satu yang terbaik di dunia, bahkan kalo kata Hoo Koen itu termasuk top 5 sekolah bisnis di dunia. Wuidihhhh keren sekali... dilihat dari bangunannya mah kayaknya saya ga sanggup bayarnya kalo sekolah disana.

Sekitar jam satu siang kami sempat mampir ke cafe disekitar sana. Kata Hoo Koen daerah itu dulu adalah tempat dia tinggal waktu kecil. Disana kami menghabiskan waktu yang lumayan lama dari keinginan semula. Lha wong dari mulai pesan makanan sampai makanan dateng aja lamanya ampun-ampunan. Mana mbak pelayanannya bisa datang ke meja kami sampai sekitar tiga kalian hanya karena dia lupa apa pesanan kami. Yailah mbak-mbak mboknya dicatet gitu. Akhirnya setelah menunggu sekira tiga jaman dan makanan kami nggak diantar juga, Hoo Koen turun tangan. Baru deh makanan kami datang. Ternyata eh ternyata di Eropa bisa juga ya ngeritingin rambut gara-gara nunggu pesanan dateng he he... kirain di Indonesia doang. Udah selesai ngeritingin rambut dari mulai keriting papan, keriting gantung mpe keriting pengilesan makanan ga dateng-dateng juga.

Di cafe itu gara-gara saya bergaya pengen berjemur dengan duduk diluar sambil menghadap ke matahari, saya sempat pusing-pusing. Kepanasan boo... Lha biasanya ada matahari sembunyi-sembunyi eh ini sok begaya pengen berjemur. Hadohhhh tar lagi ga usah deh sok-sokan begitu.

Nyampe di Utrech Hoo Koen sempat berpusing-pusing ria dengan jalanannya yang sempitnya aje gile ga nguatin dan satu arah melulu. Jadi begitu nyampe di ujung jalan biasananya jalan itu buntu, jadi kami mesti muter-muter lagi untuk nyari arah yang betul. Mau ke Centrumnya aja ada kali dua jam kami muter-muter ga jelas. Kota ini kayaknya kota yang diperuntukkan khusus untuk pengendara sepeda, ga ada space sama sekali buat mobil. Beneran deh jalannya sempit banget, berasa cuma gang senggol. Maklum banyak banget mahasiswa yang kuliah disana, jadi mungkin jalan-jalan juga diperuntukkan untuk para mahasiswa aja.

Yang unik dari Utrech ini dan sepertinya tidak ada di tempat lain di Belanda adalah di pinggir kanalnya ada rumah-rumahnya. Maksudnya dipinggir ini bukannya kanal trus dipisah jalan besar trus baru rumah lho. Bukan, tapi betul-betul dipinggir persis. Jadi kanal-kanal di Utrech itu dibangun agak lebih dalam dibanding kanal-kanal di Amsterdam. Tidak sejajar dengan jalan besar. Nah dipinggir jalan besarnya yang dibangun lebih tinggi dari kanal biasanaya adalah toko-toko, cafe, restaurant atau apartemen. Tapi kebanyakan toko-toko , cafe atau restaurant. Sehingga di sekitar kanal-kanal di Utrech itu menjadi centralnya kota Utrech, soalnya toko mulu sepanjang kanal. Setiap rumah yang dibangun diatas kanal tersebut mempunyai ruang bawah tanah, nah ruaangan bawah tanah itulah yang kemudian dibangun langsung menuju ke kanal tersebut. Ruangan yang menuju kanal itu punya pintu dan jendela juga, sehingga terlihat seperti rumah-rumah dibawah jalan. Antara rumah dan air dari kanal dipisahkan oleh jalan atau halaman yang lumayan besar. Biasanya cafe-cafe disana juga menata tempat duduknya di jalan pemisah tersebut. Kebayang kan kalo kita ngopi-ngopi sambil duduk melihat air mengalir dari kanal didepan kita. Senangnya... kapan-kapan ah nyobain.

Popular Posts